Pentingnya Pengembangan Pasar, Melalui Inovasi

WALAKNEWS.com Ι Jakarta Ι – Anak muda Indonesia, sungguh sangat penting memahami tulisan saya kali ini. Betapa pentingnya sikap tegas yang clear and clean bahwa kekayaan SDA hanyalah daya dukung belaka dan mutu SDM lah penentu utama pertama. Sehingga terbangun mental rasa percaya diri agar semakin inovatif.
Kekuatan perusahaan utamanya ada pada arus kas ( cash flow ). Bukan pada omset atau laba semata. Alasannya dana segar sedang tergenggam di tangan kita pada pasca proses pembentukan omset dan laba dari penjualan. Siap dioperasionalkan lagi agar makin produktif lagi.
Bahasa populernya, nadi usaha adalah arus kas. The King of Power is Cash. Omset maupun laba tak jarang masih mengandung resiko. Karena bisa jadi sebagian wujudnya masih piutang (tagihan) belum cair. Belum riil bisa fiktif halusinasi juga karena jadi tagihan macet.
Pengembangan pasar salah satu alternatif jitu dalam menjaga agar cash flow tetap sehat bugar. Pengembangan pasar paling dahsyat adalah dengan penetrasi melalui hasil riset yang telah jadi inovasi. Bagian dari diversifikasi produk hilirnya. Itulah sebab semua negara berlomba mendukung riset.
Secara umum arti diversifikasi dalam hal ini adalah pengembangan produk akhir, agar makin banyak nilai tambah laba dan nilai tambah manfaatnya.
Tapi masih dalam satu bahan baku. Sehingga tercipta pasar baru, lalu jadi omset, laba dan arus kas. Inilah sumbu ledak naiknya indeks kompleksitas ekonomi.
Agar mudah pemahaman penjabarannya, berikut contoh konkretnya:
Sekitar dua tahun lalu, banyak pihak menuduh bahwa sawit luas tanamnya melampaui kebutuhan pasarnya. Sehingga volume produksi berlebih. Hukum pasar terjadi, permintaan sedikit saat daya tawar banyak, jadilah harga sawit anjlok melulu, Hingga harganya setara dengan Harga Pokok Produksi (HPP), Laba Nol.
Sawit jadi sumber debat tiap hari di media massa. Pemilik kebun sawit dan pemerintah jadi sasaran empuk tempat salah atau si kambing hitamnya.
Ironisnya lagi, situasi itu ditunggangi oleh pesaingnya sawit pasar global. Bukan berjuang atau setidaknya bersyukur kita mendapat anugerah punya lahan sawit terluas di dunia.
Prof. Subagio (ITB), melakukan riset agar sawit jadi bioenergi kebutuhan dunia. Baru terbaharukan, ramah lingkungan menghambat perusakan lingkungan karena BBM fosil. Katalis Merah Putih CPO jadi B30, disambut baik oleh Presiden Jokowi dengan kebijakan politik.
Dampaknya terbentuk pasar baru dalam negeri saja 9,6 juta ton di tahun 2021.
Padahal sebelumnya tidak ada pasar 9,6 juta ton/tahun di dalam negeri. Ditambah lagi banyak negara latah ikutan Indonesia. Jadilah “meledak permintaan pasar baru”. Sawit jadi rebutan.
Hukum pasar bereaksi lagi dan permintaan banyak, sehingga daya pasok rendah, jadilah harga sawit melambung tinggi, termasuk minyak goreng.
Dampak imbasnya banyak sekali. Di antaranya laba dan kesejahteraan petani naik hampir mencapai 3 kali lipat, terutama bagi yang mau berinovatif tekan HPP dengan integrasi ternak sapi.
Sehingga impor solar fosil Rp.89 triliun tahun 2021 dapat dibendung. Pajak ekspor dimaksimalkan hingga setara 30% jadi penambah APBN.
Industriawan hilir inovatif makin banyak yang berinvestasi produktif. Dampaknya tercipta lapangan kerja baru dalam jumlah besar yang jangka panjang.
Begitu juga pajak, akan makin memperkuat APBN guna membangun SDM. Indeks inovatif global dan indeks kompleksitas ekonomi Indonesia pasti akan naik dan moril rakyat Indonesia makin terhormat di mata dunia. (adm-01)
Oleh : Wayan Supadno (Pak Tani), Anggota Dewan Pakar Sawit (Apkasindo).