Kota Depok, Pernah Menjadi Negara dan Memiliki Presiden!
WALAKNEWS.com Ι Kukusan, Beji Ι – Depok merupakan wilayah setingkat kota di Provinsi Jawa Barat. Sebelum terbentuk tanggal 27 April 1999, kota ini merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor.
Perkembangan dan pertumbuhan wilayah Depok yang sangat cepat dan modern, semakin mengaburkan asal usul wilayah ini. Beberapa universitas terkemuka hadir di kota ini, sebut saja Universitas Indonesia, Universitas Guna Dharma, Universitas Mercu Buana, Politeknik Negeri Jakarta, Bina Sarana Informatika (BSi).
Pertumbuhan ekonomi yang maju dengan hadirnya 13 pusat perbelanjaan, diantaranya Mall Depok, Depok Town Square, D’Mall depok, Mall Margo City, Plaza Depok, ITC Depok, Cinere Bellevue Mall, Mall Cinere, Mall Cimanggis, Giant Hypermarket, Pesona Square Mall, Cimanggis Square.
Berdirinya beberapa apartemen dan hunian diantaranya Apartemen Podomoro Golf View, Apartemen Taman Melati, WJY Apartemen Margonda Residence, Apartemen Park View Detos, Atlanta Residence, DSR Apartemen Margonda.
Belum lagi perkembangan infrastruktur, seperti pembangunan jalan tol yang membelah kota, dari Jagorawi melintas menyusur pinggiran kampus UI (kukusan) menuju arah Jakarta Selatan hingga jalan tol lingkar luar (JORR). Dengan hadirnya jalan toll ini, menambah maraknya pembangunan wilayah Depok.
Namun, siapa sangka, dahulunya Depok Pernah menjadi sebuah “negara tersendiri’ yang dipimpin oleh Presiden sebagai Kepala Negara sekaligus Pemerintahan. Tidak banyak yang tahu tentang sejarah ‘Kota Depok’ ini.
Simak sekelumit penjelasan berikut.
Akhir abad ke-17, terdapat seorang saudagar Belanda kaya raya bernama Cornelis Chastelein yang membeli tanah Depok seluas 12,44 km2 dengan harga Rp 2,4 juta. Tanah ini berstatus partikelir, bukan termasuk dari kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.
Pada abad ke-18, Depok adalah wilayah administratif yang memiliki Gemeente Bestuur atau Pemerintah Sipil. Cornelis Chastelein menjadi penguasa pertama dan sebagai pendiri Depok.
Ketika itu, wilayah Depok masih berupa hutan belantara. Dengan bantuan para budaknya yang berasal dari berbagai suku daerah, Cornelis Chastelein membabat hutan untuk membuka lahan garapan.
Cakupan wilayah Depok sangat luas, mulai dari seluruh kawasan Depok sekarang, Pasar Minggu di Jakarta Selatan, hingga Gambir di Jakarta Pusat. Para penduduk pertama awal yang mendiami wilayah Depok adalah para budak milik Cornelis Chastelein.
Depok memiliki presiden pertama pada tahun 1913 dengan nama pemerintahan ‘Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok.’ Para presidennya dipilih secara demokratis oleh rakyat.
Pusat pemerintahannya berada di titik Kilometer 0 yang ditandai oleh Tugu Depok. Tak jauh dari situ, berdiri gedung pemerintahan yang kini difungsikan sebagai Rumah Sakit Harapan. Presiden Depok hanya menjabat selama tiga tahun saja.
Presiden pertama Depok adalah Gerrit Jonathans yang menjabat pada tahun 1913. Setelah itu terdapat tiga presiden yang memimpin, antara lain Martinus Laurens yang menjabat pada 1921, Leonardus Leander yang menjabat pada 1930, dan Johannes Matjis Jonathans yang menjabat pada 1952.
Sangat disayangkan, sama sekali tidak ditemukan catatan terperinci dari masing-masing presiden di masa pemerintahannya.
Bermula dari Warisan Menjadi Negara.
Cornelis Chastelein adalah sosok penganut katholik yang taat, tidak heran jika ia memiliki sikap yang dermawan pada para budaknya. Sebelum meninggal, 28 Juni 1714 ia berwasiat kepada seluruh budaknya untuk memberikan mereka lahan, rumah, hewan, dan alat pertanian.
Ia juga memberikan kemerdekaan setelah sepeninggalnya. Karena khawatir terjadi perebutan kekuasaan, ia menunjuk Jarong van Bali untuk memimpin dan mengatur mereka.
Para budak yang telah merdeka tersebut khawatir sepeninggal Jarong van Bali terjadi perebutan kekuasaan. Akhirnya disepakati untuk menerapkan sistem demokrasi dalam pemilihan pemimpin yang disebut presiden setiap tiga tahun sekali. Tidak ada jabatan wakil presiden, dalam menjalankan tugas-tugasnya, presiden akan dibantu oleh sekretaris. Konsep tatanan pemerintah dibuat oleh pengacara Batavia, dijalankan pada 1913.
Depok diserahkan kepada pemerintah Indonesia pada tahun 1952 oleh presiden terakhir, Matijs Jonathans melalui akta penyerahan tanah partikulir.
Jika dilihat dari Depok sebagai kota memang usianya baru menginjak 23 tahun. Namun jika dilihat dari sejarahnya Kota Depok sebelum menjadi bagian dari wilayah Jawa Barat, Indonesia, maka usianya bisa mencapai lebih dari tiga abad. Telah merdeka sebelum Indonesia. (jtr)
Dikutip dari beberapa tulisan.
Oleh : RJ Tommy (Pemerhati Arsitektur dan Perkotaan)